macam macam bukan
Rabu, 15 Desember 2010
Senin, 06 Desember 2010
alvin and the cipmunks !!!
Alvin and the Chipmunks Logo
Sinopsis
Alvin, Simon, dan Theodore adalah 3 ekor bajing tanah yang bisa menyanyi, berbicara dan pintar. Mereka tinggal di sebuah pohon di Danau Siera sampai pohon itu ditebang dan dibawa ke kota besar Los Angeles, California. Dave Seville (Jason Lee) penulis lagu yang terkenal di seluruh Los Angeles bertemu dengan tupai-tupai ini dan membuat kekacauan di rumah Dave. Akhirnya setelah mereka membuat perjanjian dengan Dave akhirnya Dave mencoba mengorbitkan mereka karena keahlian mereka dalam bernyanyi, akan tetapi karena tupai-tupai ini demam panggung akhirnya mereka kehilangan kemampuan menyanyinya dan membuat Dave tampak konyol di depan bos-nya dan akhirnya Dave dipecat oleh bosnya, Ian Hawke (David Cross). Selain itu Dave juga kehilangan Claire (Cameron Richardson), mantan pacarnya, karena ketika ia menemui Dave di rumahnya untuk makan malam, Dave mencertitakan tentang tupai-tupainya yang bisa berbicara dan bernyanyi, sehingga Claire merasa Dave mengolok-oloknya. Akhirnya Alvin, Simon dan Theodore berusaha memperbaiki itu semua dengan mendatangi rumah Ian, sehingga Ian kembali percaya kepada Dave. Akibat kemampuan bernyanyi mereka Alvin and The Chipmunks terkenal di seluruh Amerika Serikat lewat lagu Christmas Don't Be Late. Namun, kesuksesan itu membuat Ian menyingkirkan Dave yang dinilainya tak mampu bekerja lagi yang sebenarnya itu hanya taktiknya saja karena Ian ingin para bajing tanah itu lebih hebat lagi dengan demikian uang akan deras masuk ke kantongnya. Tentu saja Dave tak mau terima begitu saja. Dave berusaha menyelamatkan Alvin, Simon, dan Theodore dari niat jahat Ian sebab Dave tak ingin ketiganya yang disayangi dan sudah dianggap sebagai keluarganya djadikan mesin pencetak uang oleh IanLORD VOLDEMORT . . .
Lord Voldemort
From Wikipedia, the free encyclopedia
Jump to: navigation, search
Lord Voldemort | |
---|---|
Harry Potter character | |
Ralph Fiennes as Lord Voldemort in Harry Potter and the Deathly Hallows Part 2 | |
First appearance | Harry Potter and the Philosopher's Stone |
Last appearance | Harry Potter and the Deathly Hallows |
Portrayed by | Ralph Fiennes Christian Coulson, as a sixteen-year-old in HP2 Hero Fiennes-Tiffin, as an eleven-year-old in HP6 Frank Dillane, as a fifteen-year-old in HP6 Ian Hart voice in HP1 Richard Bremmer, non-faced in HP1 |
House | Slytherin |
In the series, Voldemort is the archenemy of Harry Potter, having been directly responsible for the murder of his parents, James and Lily. He also, according to a prophecy, has the power to defeat Harry, albeit the first time he failed. He aims to conquer not just the Wizarding world, but the Muggle (non-magical) world as well. He is so feared that almost no one dares to say his name, instead referring to him as "You-Know-Who" or "He-Who-Must-Not-Be-Named." Even his followers only refer to him as the "Dark Lord". He was born Tom Marvolo Riddle, the last descendant of wizard Salazar Slytherin,[5] one of the four founders of Hogwarts School of Witchcraft and Wizardry.
According to an interview with Rowling, "Voldemort" is pronounced with a silent 't' at the end, as is common in French.[2] This was the pronunciation used by Jim Dale in the first four U.S. audiobooks; however, after the release of the film version of Harry Potter and the Philosopher's Stone, in which the characters who dared refer to him by name pronounced it with the "t", Dale altered his pronunciation to that in the films. The pronunciation has since been used in the other films as well
harry potter and the deathly hallows
Sinopsis Harry Potter And The Deathly Hallows
Buku ketujuh diawali dengan Voldemort dan para Pelahap Mautnya
di rumah Lucius Malfoy, yang merencanakan untuk membunuh
Harry Potter sebelum ia dapat bersembunyi kembali. Meminjam tongkat sihir
Lucius, Voldemort membunuh tawanannya, Profesor Charity Burbage
guru Telaah Muggle di Hogwarts, atas alasan telah mengajarkan subyek tersebut dan
telah menganjurkan agar paradigma kemurnian darah penyihir
diakhiri.
di rumah Lucius Malfoy, yang merencanakan untuk membunuh
Harry Potter sebelum ia dapat bersembunyi kembali. Meminjam tongkat sihir
Lucius, Voldemort membunuh tawanannya, Profesor Charity Burbage
guru Telaah Muggle di Hogwarts, atas alasan telah mengajarkan subyek tersebut dan
telah menganjurkan agar paradigma kemurnian darah penyihir
diakhiri.
Harry telah siap untuk melakukan perjalanannya dan membaca obituari Albus Dumbledore; dan terungkaplah bahwa ayah Dumbledore, Percival, adalah seorang pembenci non-penyihir dan telah membunuh banyak Muggle, dan meninggal di Penjara Azkaban atas kejahatannya Harry kemudian meyakinkan keluarga Dursley bahwa mereka harus segera meninggalkan rumah mereka untuk menghindarkan diri dari para Pelahap Maut Keluarga Dursley kemudian pergi
menyembunyikan diri dengan dikawal sepasang penyihir setelah sebelumnya Dudley melontarkan pengakuan bahwa ia peduli akan Harry.
menyembunyikan diri dengan dikawal sepasang penyihir setelah sebelumnya Dudley melontarkan pengakuan bahwa ia peduli akan Harry.
Bersama-sama dengan anggota Orde Phoenix, Harry kemudian pergi dari rumah Dursley ke The Burrow. Dalam perjalanan itu, Hedwig, burung hantu Harry,terbunuh oleh kutukan pembunuh George Weasley kehilangan sebelah telinganya Mad-Eye Moody dibunuh oleh Voldemort sendiri
Belakangan,
Harry mendapatkan penglihatan mengenai pelariannya; tongkat sihirnya telah bereaksi dengan tongkat sihir pinjaman Voldemort, menghancurkannya, dan ia juga kemudian mendapatkan penglihatan ketika Voldemort menanyai Ollivander si pembuat tongkat sihir, mengenai mengapa hal itu dapat terjadi.
Harry mendapatkan penglihatan mengenai pelariannya; tongkat sihirnya telah bereaksi dengan tongkat sihir pinjaman Voldemort, menghancurkannya, dan ia juga kemudian mendapatkan penglihatan ketika Voldemort menanyai Ollivander si pembuat tongkat sihir, mengenai mengapa hal itu dapat terjadi.
Beberapa hari kemudian, Menteri Sihir tiba di kediaman Weasley dan memberikan warisan Dumbledore untuk mereka: Delumintaor untuk Ron,buku mengenai kisah
anak-anak untuk Hermione ,dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan snitch pertama yang ditangkap Harry. Namun demikian, pedang tersebut ditahan, karena menurut kementerian pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore. Ketiganya berusaha mencari tahu apa dibalik ketiga benda yang diberikan kepada mereka itu.
anak-anak untuk Hermione ,dan untuk Harry, pedang Godric Gryffindor dan snitch pertama yang ditangkap Harry. Namun demikian, pedang tersebut ditahan, karena menurut kementerian pedang tersebut bukanlah milik Dumbledore. Ketiganya berusaha mencari tahu apa dibalik ketiga benda yang diberikan kepada mereka itu.
Sehari kemudian adalah hari pernikahan Fleur Delacour dan Bill Weasley . Setelah diberitakan bahwa Voldemort telah berhasil mengambil alih Kementerian Sihir; Harry, Ron, dan Hermione kemudian bersembunyi di Grimmauld Place nomor 12, rumah yang diwariskan Sirius Black kepada Harry.
Ketiganya kemudian menyadari bahwa inisial R.A.B. pada liontin yang didapatkan Dumbledore dan Harry dalam buku keenam adalah Regulus Arcturus Black, adik Sirius. Mereka mulai mencari Horcrux yang dicuri Regulus di rumah keluarga Black itu. Dari Kreacher, mereka mengetahui bahwa ia telah membantu Regulus untuk mendampingi Voldemort menempatkan Horcrux berbentuk liontin itu di gua. Ketika Regulus merasa kecewa dengan Dumbledore,ia memerintahkan Kreacher untuk kembali ke gua dan menukar liontin dengan yang palsu. Regulus terbunuh dalam proses itu Pada akhirnya, mereka bertiga menyadari bahwa Mundungus Fletcher telah mencuri liontin tersebut dan memberikannya kepada Dolores Umbridge .
Setelah selama satu bulan memata-matai Kementerian Sihir, ketiganya berhasil mengambil Horcrux dari Umbridge . Dalam prosesnya, tempat persembunyian mereka diketahui dan terpaksa melarikan diri ke daerah terpencil, berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dan tidak dapat lama tinggal di suatu tempat.
Dalam waktu beberapa bulan berpindah-pindah, mereka mendengar bahwa pedang Godric Gryffindor sebenarnya adalah palsu, dan ada yang melakukan sesuatu terhadap pedang aslinya. Dari Phineas Black, Harry mendapatkan bahwa pedang itu terakhir kali digunakan Dumbledore untuk menghancurkan salah satu Horcrux, Cincin Gaunt. Ron kemudian berselisih paham dengan Harry, dan pergi meninggalkan Harry dan Hermione. Harry dan Hermione kemudian pergi ke Godric's Hollow untuk mencari tahu apakah Dumbledore telah meninggalkan pedang itu di sana.
Di Godric's Hollow, keduanya mengunjungi tempat pemakaman keluarga di
mana keluarga Potter dan Dumbledore dikuburkan Di Godric's Holow,
mereka juga menemui Bathilda Bagshot, seorang kawan lama Dumbledore yang
mengarang buku Sejarah Sihir. Di rumah Bagshot mereka menemukan gambar
penyihir hitam Grindelwald, sanak Bagshot, yang pada masa lalu adalah
kawan masa kecil Albus Dumbledore. Namun demikian, ternyata mereka
terperangkap, karena "Bagshot" itu merupakan penjelmaan ular Voldemort, Nagini.
Mereka berhasil melarikan diri dari Voldemort, tetapi tongkat sihir
Harry hancur dalam kejadian itu.
Dalam pelarian mereka, Harry akhirnya menemukan bahwa pedang Godric
Gryffindor tersembunyi di sebuah kolam beku di tengah sebuah hutan. Ia
menyelam ke dalamnya dan mendapati pedang dan kalung liontin Horcrux
Voldemort. Kalung itu mencoba mencekik Harry dan hampir menenggelamkannya
hingga mati kalau tidak ditolong oleh Ron yang kembali. Keduanya
menghancurkan Horcrux dengan pedang itu.
Ketiganya kemudian berbicara kepada Xenophilius Lovegood , ayah Luna
Lovegood, dan menanyakan kepada mereka mengenai lambang Grindelwald yang
telah berkali-kali muncul selama perjalanan mereka. Di rumah Lovegood,
Harry, Ron, dan Hermione mendapatkan kisah penyihir kuno mengenai tiga
bersaudara yang mengalahkan kematian, dan masing-masing mendapatkan
benda sihir sebagai hasilnya - tongkat sihir yang tak terkalahkan (Elder
Wand), batu sihir yang dapat menghidupkan kembali
yang telah mati (Resurrection Stone), dan Jubah Gaib
yang tidak lekang oleh waktu. Harry menyadari
bahwa jubah yang dimilikinya adalah adalah Jubah Gaib, dan segera
menemukan bahwa Lovegood telah berkhianat dan menyerahkan mereka ke
Kementerian. Luna, putrinya, telah ditawan dan Xenophilius berpikir untuk
menyerahkan Harry Potter sebagai ganti tawanan. Ketiganya meloloskan diri dan
berpikir untuk mengumpulkan ketiga benda
sihir Deathly Hallows , untuk mengalahkan Voldemort.
Harry, Ron, dan Hermione kemudian tertangkap dan dibawa ke rumah
Malfoy. Di sana, Hermione disiksa dan diinterogasi oleh Bellatrix Lestrange
untuk mengetahui bagaimana mereka memperoleh pedang Godric Gryffindor,
karena ia berpikir bahwa mereka telah mencurinya dari lemari besinya di
Gringotts. Di bawah tanah, Harry dan Ron dipenjarakan bersama-sama
dengan Dean Thomas, goblin Griphook, pembuat tongkat sihir Ollivander, dan
Luna Lovegood. Harry berusaha mencari pertolongan dan Dobby muncul
untuk menyelamatkannya. Dalam usaha meloloskan diri, mereka dihadang
Wormtail yang kemudian terbunuh karena tercekik oleh tangan perak Wormtail
yang dibuat Voldemort tanpa berhasil ditolong oleh Ron dan Harry. Mereka
berdua kemudian menolong Hermione dengan bantuan Dobby, yang tewas
dibunuh oleh Bellatrix.
Harry dan kedua sahabatnya kemudian berusaha mencari rencana baru. Ia
menanyai Ollivander mengenai Elder Wand dan mendapati bahwa pemilik
terakhirnya adalah Dumbledore. Ia berusaha untuk mencegah Voldemort
mengambilnya dari makam Dumbledore. Dibantu Griphook, Hermione menyamar
sebagai Bellatrix Lestrange dan bersama-sama Harry dan Ron memasuki lemari
besi Bellatrix di Bank Gingrott's. Di sana mereka menemukan satu lagi
Horcrux, piala Hufflepuff. Griphook kemudian mengkhianati mereka dan
melarikan diri dan mencuri pedang Godric Gryffindor. Harry, Ron, dan
Hermione berhasil melarikan diri, tetapi Voldemort menyadari bahwa mereka
mencari Horcrux-Horcruxnya.
Harry mendapatkan penglihatan segera setelah pelarian mereka; ia dapat
melihat melalui mata Voldemort dan mengetahui pikirannya. Voldemort
telah mendatangi tempat-tempat Horcurxnya disembunyikan dan mengetahui
bahwa mereka telah lenyap dan hancur. Secara ceroboh, Voldemort
mengungkapkan bahwa Horcrux terakhir berada di Hogwarts. Ketiganya segera pergi
ke Hogsmeade untuk mencari jalan masuk ke sekolah Hogwarts. Di
Hogsmeade, mereka disudutkan oleh para Pelahap Maut dan diselamatkan oleh
Aberforth Dumbledore. Aberforth membuka jalan terowongan ke Hogwarts di mana
mereka disambut oleh Neville Longbottom. Setelah menyelamatkan jiwa
Draco Malfoy, Harry menemukan Mahkota Ravenclaw tersembunyi di Kamar
Kebutuhan dan benda itu dihancurkan.
Di Shrieking Shack, mereka mendapati Voldemort membunuh Severus Snape
dengan tujuan untuk mentransfer kekuatan Elder Wand kepada dirinya
sendiri. Dalam sekaratnya, Snape memberikan memorinya kepada Harry. Dari
memori itu terungkap bahwa Snape berada di sisi Dumbledore, didorong
dengan cinta seumur hidupnya kepada Lily Potter. Snape telah diminta
Dumbledore untuk membunuh dirinya jika situasinya mengharuskan demikian
karena bagaimanapun juga hidupnya tidak akan lama lagi akibat kutukan yang
terdapat di Horcrux Cincin Gaunt. Selanjutnya, terungkap pula bahwa
Harry adalah Horcrux terakhir Voldemort, dan ia harus mati juga sebelum
Voldemort dapat dibunuh. Pasrah akan nasibnya, Harry mengorbankan diri dan
Voldemort melancarkan kutukan untuk membunuhnya. Tapi alih-alih
membunuh Harry, kutukan itu malah menghancurkan bagian dari jiwa Voldemort
yang terdapat di tubuhnya. Pada akhirnya, setelah Nagini dibunuh oleh
Neville, Voldemort kemudian terbunuh setelah
mencoba menggunakan Kutukan pembunuh Avada Kadavra terhadap Harry.
Kutukan itu berbalik menyerang Voldemort sendiri oleh Elder Wand.
Dalam kisah di akhir buku, pada tahun 2017, 19 tahun setelah
Pertempuran di Hogwarts, Harry dan Ginny Weasley telah memiliki tiga anak bernama
James, Albus Severus, dan Lily. Neville Longbottom telah menjadi guru
Herbologi di Hogwarts. Ron dan Hermione telah memiliki dua anak bernama
Rose dan Hugo. Draco Malfoy memiliki anak bernama Scorpius. Mereka
seluruhnya bertemu di stasius kereta api King's Cross, untuk mengantar
anak-anak mereka bersekolah ke Hogwarts. Di sana diungkapkan bahwa bekas
luka Harry tidak pernah sakit lagi setelah kekalahan Pangeran Kegelapan...
THE END...
tips nih !!! buat siapa aja yg mau pintarrrr
Tips Agar Anak Pintar | | | |
Written by Yuni Yoyok |
Saturday, 01 August 2009 23:49 |
Kepintaran seorang bisa dibilang sebuah anugerah dari Allah. Selain itu ternyata faktor yang mempengaruhi kepintaran seorang anak juga ditentukan oleh lingkungannya. Ada banyak hal yang bisa membuat anak menjadi lebih pintar, tentunya selain dengan belajar di sekolah. Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat anak menjadi lebih pintar, seperti dikutip dari MSN News dan dari beberapa sumber. 1. Bermain permainan yang berpikir Catur, teka-teki silang selain menyenangkan juga mendukung strategi berpikir anak-anak, bagaimana cara menyelesaikan masalah, dan membuat keputusan yang kompleks. Untuk anak usia balita bisa diberikan mainan yg bersifat edukatif seperti menyusun balok-balok menjadi bangunan maupun bermain pazel. 2. Bermain musik Bermain musik selain menyenangkan juga bisa merangsang pertumbuhan otak kanan. Menurut sebuah studi di Universitas Toronto, diadakannya pelajaran musik bisa memberikan keuntungan dalam meningkatkan IQ anak dan performa akademisnya. Semakin lama waktu yang digunakan untuk bermain musik maka efek yang dihasilkan juga semakin besar. 3. Pemberian ASI ASI merupakan makanan otak yang paling dasar. Peneliti secara konsisten terus menunjukkan berbagai macam keuntungan ASI yang behubungan dengan pertumbuhan bayi. Anak yang mengkonsumsi ASI eksklusif akan memiliki tingkat kepintaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang mengkonsumsi ASI hanya beberapa bulan saja. 4. Membiasakan berolahraga Para peneliti di Universitas Illinois menunjukkan hubungan yang kuat antara kebugaran dan prestasi akademik di antara anak-anak sekolah dasar. Semakin bugar badan sang anak maka kemampuan dalam menerima pelajaran juga meningkat. Sebaiknya mendorong anak untuk terlibat dalam aktivitas fisik atau organisasi olahraga tertentu sesuai dengan minat anak. 5. Menyingkirkan makanan siap saji Mengurangi asupan gula, lemak trans dari makanan siap saji dan menggantinya dengan makanan bergizi tinggi yang baik untuk perkembangan mental anak usia dini serta berfungsi dalam perkembangan motorik anak pada usia 1-2 tahun pertama. Contohnya anak-anak memerlukan zat besi untuk perkembangan jaringan otak yang sehat, anak yang kekurangan zat besi akan lambat dalam menerima rangsangan. 6. Mengembangkan rasa ingin tahu Para ahli mengatakan orang tua yang menunjukkan rasa ingin tahunya pada anak akan mendorong anak untuk mencari ide-ide baru, sehingga merangsang anak untuk berpikir. Mengajari anak keterampilan baru serta pendidikan di luar rumah juga bisa mengembangkan rasa ingin tahu anak dan intelektualnya. 7. Budayakan membaca Membaca adalah cara yang paling mudah untuk meningkatkan pembelajaran dan perkembangan kognitif anak-anak dari segala usia. Cara ini bisa dimulai dengan sering membacakan anak dongeng sebelum tidur dan sering-seringlah memberikan anak hadiah buku yang bisa menarik perhatiannya. 8. Mengajarkan kepercayaan diri Orang tua sebaiknya meningkatkan semangat dan optimisme anak-anak. Berpartisipasi dalam tim olahraga atau kegiatan sosial akan membantu meningkatkan kepercayaan diri sang anak diantara teman-temannya. 9. Memberikan sarapan yang sehat Para peneliti meyakinkan bahwa mengonsumsi sarapan yang sehat akan meningkatkan memori dan konsentrasi anak dalam belajar. Anak-anak yang tidak dibiasakan sarapan cenderung lebih mudah marah dan kurang konsentrasi pada waktu belajar, sementara anak yang sarapan akan tetap fokus dan bergerak selama jam sekolah |
aku mau dongeng . . . dengerin ya !!!
Cerita Anak Bahasa Inggris : The Lion and The Mouse
One day a Lion lay asleep in the jungle. A tiny Mouse, running about in the grass and not noticing where he was going, ran over the Lion’s head and down his nose.The Lion awoke with a loud roar, and down came his paw over the little Mouse. The great beast was about to open his huge jaws to swallow the tiny creature when “Pardon me, O King, I beg of you,” cried the frightened Mouse. “If you will only forgive me this time, I shall never forget your kindness. I meant no harm and I certainly didn’t want to disturb Your Majesty. If you will spare my life, perhaps I may be able to do you a good turn, too.”
The Lion began to laugh, and he laughed and laughed. “How could a tiny creature like you ever do anything to help me? And he shook with laughter.
“Oh well,” he shrugged, looking down at the frightened Mouse, “you’re not so much of a meal anyway.” He took his paw off the poor little prisoner and the Mouse quickly scampered away.
Some time after this, some hunters, trying to capture the Lion alive so they could carry him to their king, set up rope nets in the jungle. The Lion, who was hunting for some food, fell into the trap. Her roared and thrashed about trying to free himself but with every move he made, the ropes bound him tighter.
The unhappy Lion feared he could never escape, and her roared pitifully. His thunderous bellows echoed through the jungle.The tiny Mouse, scurrying about far away, heard the Lion’s roars. “That may be there very Lion who once freed me,” he said, remembering his promise. And he ran to see whether he could help.
Discovering the sad state the Lion was in, the Mouse said to him, “Stop, stop! You must not roar. If you make so much noise, the hunters will come and capture you . I’ll get you out of this trap.”
With his sharp little teeth the Mouse gnawed at the ropes until they broke. When the Lion had stepped out of the net and was free once more, the Mouse said, “Now, was I not right?”
“Thank you, good Mouse,” said the Lion gently. “You did help me even though I am big and you are so little. I see now that kindness is always worth while.”
Moral of the story: Even the strong sometimes need the friendship of the weak.
ingin melatih kucing anda ??? ini dia caranya
Bagian menarik dari kucing adalah kemandirian dan semangatnya untuk bebas. Namun, masih mungkin untuk melatih anak kucing Anda melakukan beberapa perilaku yang cocok dengan Anda dan rumah Anda.
Melatih Perilaku
Anak kucing mempunyai keingintahuan dan hasrat yang tinggi untuk mengenal dan belajar sehingga dapat memperbaiki perilaku yang tidak Anda sukai. Sebagai contoh, pelatihan dasar yang baik akan mengurangi keinginannya melompat ke meja dapur atau kompor.
Cara terbaik mengurangi anak kucing melakukan kebiasaan buruk adalah dengan mengatakan "Jangan!" dengan nada agak keras. Jika ini tidak berhasil, sedikit cipratan dari botol semprot atau pistol air akan membuat ia mengerti.
JANGAN pernah memukul anak kucing untuk menegakkan disiplin -- ini hanya mendorongnya menjadi kucing penakut yang kelak membuat Anda frustasi.
Melatih Buang Air
Kebanyakan kucing secara alamiah merupakan binatang bersih sehingga Anda seharusnya tidak banyak masalah untuk melatih anak kucing membuang kotorannya.
Putuskan dimana Anda inginkan anak kucing mempunyai toiletnya (apakah berupa bak kotoran atau tempat tertentu di taman) dan letakkan anak kucing di sana pertama kali di pagi hari, terakhir di malam hari, setelah tidur dan setelah makan. Ia akan secepatnya menyadari kalau setiap saat perlu buang air maka ia butuh tempat itu.
Melatih Pergaulan
Pergaulan merupakan bagian penting dalam perkembangan anak kucing untuk mengajarinya berinteraksi dengan manusia, binatang lain, dan tempat tinggalnya.
Ingat, anak kucing itu ringkih dan diperlukan pengawasan jika berdekatan dengan anak-anak.
Memperbanyak Pengalaman
Untuk mengurangi rasa takut anak kucing terhadap sesuatu yang tidak dikenalnya, perkenalkan mereka kepada berbagai pengalaman dan suara sejak saat muda. Pengenalan bertahap kepada suara pengisap debu, mesin cuci, bel pintu, orang baru, dan suara-suara lain sehari-hari akan membantu mereka menyesuaikan diri dengan tempat tinggalnya.
Anak kucing sebaiknya juga dibiasakan mengenal suara-suara, pemandangan, dan bau-bauan di luar rumah seperti lalu lintas dan gonggongan anjing, tetapi dengan cara sedikit-sedikit agar tidak membuat mereka jera.
ingin jadi pintar ??? baca yg satu ini
"ORANG PINTAR ADALAH ORANG YANG BERUSAHA MEMBANGUN RUMAH YANG BAGUS DIDUNIA DAN ISTANA DI AKHIRAT" caranya belajar dan bekerja, beramal dan beribadah. Jangan menjadi orang bodoh yaitu hanya memilih salah satunya saja, sedangkan sudah jelas kita hidup didunia ini dan pasti akan meninggal. Dan jangan menjadi orang yang sangat bodoh, di dunia melarat di akherat disiksa. contohnya penjahat dan kriminal.
Atau jangan jadi orang yang mempermainkan Tuhan atau agamanya sendiri. Jangan menjadi orang Atheis yang bodoh. Banyak ilmuwan menjadi Ahteis karena hukum kekekalan energi, banyak ahli agama dan umat lainnya menjadi atheis karena kitab mereka saling bertentangan, atau dalam arti kitab asli yang berasal dari Tuhan sudah mereka acak-acak oleh ketua agama mereka masing-masing. Sehingga Islam adalah agama penyempurna, tidak bertentangan dengan sains tetapi sejalan.
saya sarankan janganlah mempermainkan dan memanipulasi atau merubah-rubah kitab agama sendiri, karena akan ada balasannya di hari akhir nanti.
Atau jangan jadi orang yang mempermainkan Tuhan atau agamanya sendiri. Jangan menjadi orang Atheis yang bodoh. Banyak ilmuwan menjadi Ahteis karena hukum kekekalan energi, banyak ahli agama dan umat lainnya menjadi atheis karena kitab mereka saling bertentangan, atau dalam arti kitab asli yang berasal dari Tuhan sudah mereka acak-acak oleh ketua agama mereka masing-masing. Sehingga Islam adalah agama penyempurna, tidak bertentangan dengan sains tetapi sejalan.
saya sarankan janganlah mempermainkan dan memanipulasi atau merubah-rubah kitab agama sendiri, karena akan ada balasannya di hari akhir nanti.
Cara mendapat nilai sempurna ulangan
Saat berbicara di hadapan orangtua, masalah motivasi dalam belajar adalah yang paling banyak ditanyakan. Rendahnya kemauan belajar pada sebagian besar pelajar saat ini telah membuat banyak orangtua menjadi cemas dan khawatir.
Sebenarnya motivasi itu apa sih? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, MOTIVASI adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mau melakukan sesuatu untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan kata lain, motivasi belajar baru akan tertanam jika anak-anak mengerti bahwa mereka belajar untuk sebuah alasan atau tujuan. Masalahnya, alasan atau tujuan yang akan kita sampaikan juga harus benar. Karena jika salah arah, motivasi belajar tidak akan bertahan lama sehingga cepat pudar dan luntur.
Berdasarkan pengalaman dan hasil observasi di lapangan, banyak orangtua yang memaksa anaknya belajar agar mendapatkan nilai bagus saat menghadapi ulangan. Ada juga orangtua yang hanya ingin anaknya selalu mendapat nilai sempurna (10) sehingga ketika pulang membawa nilai 9 saja sudah dimarahi. Akibatnya, prestasi belajar anak tidak akan bertahan lama. Mengapa? Karena saat masih kecil, anak sangat membutuhkan rasa aman. Dan, hal ini hanya akan timbul jika anak mendapatkan cinta kasih yang tulus dan tanpa pamrih dari orangtuanya.
Bayangkan, apa yang akan terjadi jika anak dimarahi karena tidak bisa memenuhi standar yang ditetapkan oleh orangtuanya? Perlahan tapi pasti motivasi yang sudah ada akan mulai terkikis. Anak akan kehilangan rasa aman karena merasa tidak mungkin dapat menyenangkan hati orangtuanya jika tidak mendapat nilai bagus di sekolah. Saat rasa aman hilang, dorongan untuk berprestasi pun mulai mendapat tekanan berat. Akhirnya, saat tingkatan kelas semakin tinggi dan pelajaran menjadi lebih berat dan sulit, anak sudah kehilangan gairah belajar. Jadi, segala sesuatu yang dipaksakan tidak akan pernah bertahan lama.
Hal lain yang penting kita tanamkan dalam diri anak adalah mengenai proses belajar. Belajar adalah sebuah usaha untuk mendapatkan kepandaian atau ilmu. Karenanya, perlu dilakukan terus-menerus agar anak tumbuh menjadi pembelajar seumur hidup atau life-long learner. Jangan sampai anak berpikir bahwa aktivitas belajar hanya dilakukan saat masih duduk di bangku sekolah saja. Sehingga, ketika sekolah selesai, proses belajar juga usai.
Kini, bagaimana kita bisa menumbuhkan motivasi dalam diri anak agar mau belajar untuk dirinya sendiri? Ada tiga hal utama yang harus terpatri dulu dalam pikiran dan penalaran kita sebelum masuk pada cara atau teknik memotivasi anak.
1. Berani Menjadi Diri Sendiri
Jika anak tahu bahwa mereka tidak dibandingkan dengan orang lain, maka tidak ada beban psikologis saat diminta untuk berprestasi. Konsekuensinya, anak akan lebih leluasa menggali dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam diri. Selanjutnya, tanamkan dalam diri anak bahwa mereka mampu dan memiliki kesempatan untuk terus menjadi lebih baik lagi dari hari ini, asal saja mereka mau. Jika ada kemauan, pasti ada jalan. Artinya, perbaikan atau peningkatan yang berkesinambungan perlu dilakukan agar anak bisa mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang ada.
2. Berani Bermimpi
Bandingkan, jika orangtua beraksi negatif saat mendengar anaknya kelak ingin menjadi dokter. “Apa, mau jadi dokter? Nilai matematika kamu saja jeblok, mana mungkin bisa jadi dokter. Jangan pernah bermimpilah!” Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi jika orangtua terus-menerus menghilangkan harga diri anaknya. Kepercayaan diri anak tidak akan tumbuh jika sering dicemooh, apalagi oleh orang yang paling dekat dengannya. Orangtua harus yakin dan percaya bahwa anaknya bisa. Sebab, biasanya kata-kata orangtua sangat berpengaruh dan bisa berperan sebagai racun atau obat yang mujarab. Jadi, berhati-hatilah dengan kata-kata yang akan kita ucapkan sehingga mulailah memupuk pikiran yang positif dalam diri kita.
Sebagai contoh, waktu putra saya, Eric masih duduk di kelas V SD, beberapa teman memperingatkan saya bahwa jika anak sudah duduk di bangku SMP, maka orangtua harus mencarikan guru les pelajaran untuk mereka. Alasannya, kita sudah tidak bisa lagi mengajarkan pelajaran SMP sehingga anak yang pintar sekalipun juga banyak yang les.
Saya hanya mengangguk walaupun dalam hati bertanya-tanya, “Apa iya?” Kemudian, saya mencoba untuk melihat ke belakang. Dulu orangtua saya tidak pernah repot mengurusi saya belajar dan semuanya oke saja, tuh! Jadi kalau dulu saya bisa belajar sendiri, maka anak-anak juga harus bisa. Saya lebih suka jika anak memiliki kemampuan belajar sendiri dan bisa mencari solusi jika menemui masalah. Jadi, bagi saya, les pelajaran adalah pilihan terakhir jika seorang anak memang tidak mampu mengikuti pelajaran yang diberikan di sekolah.
Sejak hari itu, saya bertekad dan mulai fokus mengarahkan anak-anak agar bisa mengembangkan self-learning ability atau kemampuan belajar sendiri. Benar! Kedua anak saya tidak pernah ikut les pelajaran. Bahkan, sejak mereka duduk di kelas 1 SMP, saya sudah tidak perlu lagi membimbing dan mengarahkan mereka belajar.
3. Berani Gagal
Sebagai contoh, ketika masih duduk di IV SD, putri saya, Lisa pernah mendapat nilai 2 untuk ulangan matematika. Walaupun gundah, saya tetap berusaha untuk tenang. Saat terpuruk, yang dibutuhkan anak adalah dukungan orangtuanya, bukan omelan yang terus-menerus. Kemudian, kami mengevaluasi apa yang menjadi akar masalah. Waktu itu, Lisa memang lemah di pelajaran Matematika. Jadi, saat nilai ulangan berikutnya naik menjadi 4, dengan senang hati saya langsung memuji usaha dan kemajuan yang telah dicapai. Ajaib! Setelahnya, Lisa tidak pernah lagi mendapatkan angka mati untuk ulangan Matematika. Paling rendah hanya 5 dan itupun hanya sesekali saja.
Menjadi orangtua zaman sekarang tidak bisa lagi dengan hanya memakai cara-cara lama yang kita dapatkan secara turun-temurun dari orangtua atau generasi diatas kita. Menjadi orangtua zaman sekarang jauh lebih sulit dan rumit. Kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi di satu sisi memang telah membuat hidup kita menjadi lebih nyaman dan praktis. Tetapi, dampak negatifnya juga tidak tanggung-tanggung. Misalnya, anak-anak sekarang lebih suka bermain game di depan komputer daripada membaca atau bercengkerama bersama keluarga. Sehingga, orangtua sekarang harus lebih kreatif dan terus mengasah otak agar peka terhadap perkembangan zaman. Jika hal ini kita lakukan, maka tugas sebagai orangtua pasti akan menjadi lebih mudah dan ringan.
Ketika anak ‘berkuasa’ atas dirinya sendiri, sadar bahwa dia boleh memiliki cita-cita setinggi langit, dan tidak menyerah di saat kegagalan datang menyapa, maka tugas orangtua sebagai mesin pendorong bagi anak akan jauh lebih mudah.
Ada beberapa teknik yang cukup berhasil saya terapkan kepada Eric dan Lisa (anak-anak saya) ketika mereka masih kecil, antara lain:
1. Bercerita
Saya sengaja mengajak mereka tidur lebih awal supaya punya waktu untuk mendongeng atau bercerita sekitar 5-10 menit bagi mereka. Setiap cerita selalu saya akhiri dengan pesan moral yang dapat dipetik. Tentu saja, lama-kelamaan saya kehabisan cerita sehingga saya mulai mengarang cerita sendiri. Biasanya cerita saya kait dengan kejadian sehari-hari. Misalnya, anak-anak kecil paling malas kalau disuruh belajar, bukan? Jadi, saya mulai bercerita tentang seorang Putri Raja yang malas belajar sehingga tidak disukai banyak orang. Biasanya Lisa langsung protes, “Mama nyindir aku, ya?” Trus langsung saya jawab, “Kog Lisa yang tersinggung? Memang hari ini Lisa malas belajar, ya? Ya udah, mama ganti cerita yang lain saja.” Tentu saja Lisa tidak mau jika cerita tersebut saya ganti karena dia pasti ingin tahu apa yang terjadi dengan Putri Raja tersebut di akhir cerita. Secara tidak langsung, bercerita bisa menumbuhkan rasa penasaran / rasa ingin tahu dalam diri anak. Setuju?
Kemudian, cerita saya teruskan… Karena malas, suatu hari Putri Raja tersebut kena batunya. Akhirnya, dia pun sadar dan mulai berubah menjadi rajin. “Jadi Lisa, dalam hidup ini, kita harus punya tujuan. Kalau malas, jelas tidak ada tujuannya karena tidak perlu berbuat apa-apa, hanya duduk atau tidur saja. Sedangkan, kalau mau rajin dan supaya sikap tersebut bisa bertahan lama, tanyalah kepada diri sendiri, rajin itu tujuannya apa sih? Dan, apa untungnya kalau saya rajin?”
Saat ini, karena anak-anak saya sudah besar tentu cerita di atas sudah lama saya tinggalkan dan saya ganti dengan cerita yang berasal buku-buku motivasi atau bacaan lain yang saya baca, dan dari hal-hal yang terjadi sehari-hari. Bagi saya, bercerita sangat membantu dalam menyampaikan sebuah pesan, apalagi pesan yang bisa meningkatkan motivasi anak. Anda akan takjub bagaimana anak-anak begitu mudah dan cepat mengerti serta menangkap pesan yang kita maksud. Dengan bercerita, anak-anak tidak akan merasa dikritik atau dikuliahi. Akibatnya, pesan yang disampaikan akan mudah meresap dan menetap dalam diri mereka.
2. Memuji
Saat Eric masih duduk di kelas TK-B, saya membaca sebuah buku karangan Martin E. P. Seligman, Ph.D. yang berjudul “The Optimistic Child”. Salah satu teknik yang sangat manjur yang sudah saya terapkan kepada anak-anak waktu itu adalah ‘Cara Memuji’. Sebelum itu, yang saya tahu adalah jika anak mendapat nilai bagus, maka pujian yang disampaikan adalah ‘Kamu Hebat, Nak’ atau ‘Kamu Pintar’. Juga, jika anak bersikap baik, maka pujian yang umum adalah ‘Kamu Anak yang Baik’. Ternyata, dari buku tersebut saya belajar bahwa pujian harus diberikan secara spesifik/khusus. Alasannya, jika anak kita dibilang pintar, padahal dia tahu kalau dia hanya pintar dalam beberapa pelajaran saja sedangkan dalam pelajaran lainnya nilainya hanya pas-pasan, maka dia akan menganggap orangtuanya tidak berkata jujur atau apa adanya.
Sebagai contoh, ketika anak mendapat nilai bagus untuk pelajaran matematika, maka katakanlah, “Kamu pintar dalam pelajaran Matematika, ya Nak.” Atau ketika anak bersikap sopan kepada tamu yang datang, maka katakan, “Mama senang sekali karena kamu tadi bersikap sopan kepada teman mama.” Ketika kita memuji kepandaian atau kebaikan anak secara spesifik, maka akan tumbuh rasa optimis dalam diri anak. Jika anak menjadi optimis, otomatis motivasi diri akan tertanam dengan mudah. Jadi, sebuah pujian yang spesifik akan menjadi obat mujarab untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak.
3. Target
Satu hal yang selalu saya tanamkan kepada anak-anak adalah buatlah target (nilai) yang akan dicapai. Ketika anak-anak sadar akan target tersebut, maka orangtua pun akan mudah dalam membimbing atau mengarahkan mereka dalam membuat rencana belajar agar target bisa tercapai. Saya masih ingat, waktu masih anak-anak masih duduk di Sekolah Dasar, target minimum untuk nilai rata-rata rapor yang menjadi target Eric adalah 7.5, sedangkan Lisa adalah 6.5.
Dengan target dan rencana yang ada di tangan, biasanya hasil yang diraih selalu melebihi target. Bukan itu saja, prestasi belajar juga akan stabil karena anak-anak sudah terbiasa disiplin dan bekerja untuk mencapai target yang telah ditentukan sendiri. Seandainya, jika target tidak tercapai, orangtua tidak perlu marah. Mari bersama-sama dengan mereka, kita lakukan evaluasi. Apa yang membuat target tidak tercapai dan langkah-langkah apa yang akan diambil agar target untuk semester berikutnya bisa tercapai.
Sebenarnya, dari pengalaman saya bersama para orangtua yang datang atau telepon untuk berkonsultasi, cara-cara diatas bukanlah sesuatu yang susah untuk diterapkan. Masalahnya, banyak orangtua tidak cukup konsisten dan sering buyar (tidak fokus) karena berharap semuanya bisa dengan cara cepat/instan. Jadi, jika anda ingin berhasil menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak, hanya ada dua hal yang harus diingat: FOKUS dan KONSISTESI
Sebenarnya motivasi itu apa sih? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, MOTIVASI adalah dorongan yang menyebabkan seseorang mau melakukan sesuatu untuk mencapai sebuah tujuan. Dengan kata lain, motivasi belajar baru akan tertanam jika anak-anak mengerti bahwa mereka belajar untuk sebuah alasan atau tujuan. Masalahnya, alasan atau tujuan yang akan kita sampaikan juga harus benar. Karena jika salah arah, motivasi belajar tidak akan bertahan lama sehingga cepat pudar dan luntur.
Berdasarkan pengalaman dan hasil observasi di lapangan, banyak orangtua yang memaksa anaknya belajar agar mendapatkan nilai bagus saat menghadapi ulangan. Ada juga orangtua yang hanya ingin anaknya selalu mendapat nilai sempurna (10) sehingga ketika pulang membawa nilai 9 saja sudah dimarahi. Akibatnya, prestasi belajar anak tidak akan bertahan lama. Mengapa? Karena saat masih kecil, anak sangat membutuhkan rasa aman. Dan, hal ini hanya akan timbul jika anak mendapatkan cinta kasih yang tulus dan tanpa pamrih dari orangtuanya.
Bayangkan, apa yang akan terjadi jika anak dimarahi karena tidak bisa memenuhi standar yang ditetapkan oleh orangtuanya? Perlahan tapi pasti motivasi yang sudah ada akan mulai terkikis. Anak akan kehilangan rasa aman karena merasa tidak mungkin dapat menyenangkan hati orangtuanya jika tidak mendapat nilai bagus di sekolah. Saat rasa aman hilang, dorongan untuk berprestasi pun mulai mendapat tekanan berat. Akhirnya, saat tingkatan kelas semakin tinggi dan pelajaran menjadi lebih berat dan sulit, anak sudah kehilangan gairah belajar. Jadi, segala sesuatu yang dipaksakan tidak akan pernah bertahan lama.
Hal lain yang penting kita tanamkan dalam diri anak adalah mengenai proses belajar. Belajar adalah sebuah usaha untuk mendapatkan kepandaian atau ilmu. Karenanya, perlu dilakukan terus-menerus agar anak tumbuh menjadi pembelajar seumur hidup atau life-long learner. Jangan sampai anak berpikir bahwa aktivitas belajar hanya dilakukan saat masih duduk di bangku sekolah saja. Sehingga, ketika sekolah selesai, proses belajar juga usai.
Kini, bagaimana kita bisa menumbuhkan motivasi dalam diri anak agar mau belajar untuk dirinya sendiri? Ada tiga hal utama yang harus terpatri dulu dalam pikiran dan penalaran kita sebelum masuk pada cara atau teknik memotivasi anak.
1. Berani Menjadi Diri Sendiri
I do not try to dance better than anyone else. I only try to dance better than myself. ~ Mikhail Baryshnikov
Langkah pertama, kita harus meyakinkan setiap anak bahwa mereka itu unik. Artinya, tidak ada yang persis sama di dunia ini bahkan saudara kembar sekalipun. Jadi, anak harus mengenal dirinya sendiri dulu. Tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Cara belajar setiap anak juga berbeda. Sehingga, orangtua memegang peranan penting dalam menyampaikan pesan ini kepada anak.Jika anak tahu bahwa mereka tidak dibandingkan dengan orang lain, maka tidak ada beban psikologis saat diminta untuk berprestasi. Konsekuensinya, anak akan lebih leluasa menggali dan mengembangkan semua potensi yang ada dalam diri. Selanjutnya, tanamkan dalam diri anak bahwa mereka mampu dan memiliki kesempatan untuk terus menjadi lebih baik lagi dari hari ini, asal saja mereka mau. Jika ada kemauan, pasti ada jalan. Artinya, perbaikan atau peningkatan yang berkesinambungan perlu dilakukan agar anak bisa mencapai prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang ada.
2. Berani Bermimpi
Shoot for the moon. Even if you miss, you’ll land among the stars. ~ Brian Littrell
Saat anak masih kecil, pernahkan kita bertanya seandainya sudah besar nanti mau jadi apa. Semakin tinggi cita-cita, semakin kita punya senjata untuk mendorong mereka. Karena, untuk mencapai impian dibutuhkan usaha dan kerja keras. Sebagai contoh, jika cita-cita seorang anak adalah ingin menjadi pilot atau dokter, kita bisa mulai menanamkan hal positif dalam diri mereka. Tanyakan kepada mereka, “Jika hendak menjadi pilot atau dokter, perlu tidak mendapat nilai bagus dalam pelajaran Matematika/Biologi/Fisika? Untuk mendapat nilai bagus, perlu tidak belajar dengan giat dan rajin?” Kunci utamanya adalah tetapkan impian setinggi mungkin kemudian beri dorongan positif untuk meraih cita-cita tersebut. Di sini, orangtua harus pandai dan cermat dalam menggali dan mengarahkan anak dengan pertanyaan-pertanyaan yang membangun.Bandingkan, jika orangtua beraksi negatif saat mendengar anaknya kelak ingin menjadi dokter. “Apa, mau jadi dokter? Nilai matematika kamu saja jeblok, mana mungkin bisa jadi dokter. Jangan pernah bermimpilah!” Bisa kita bayangkan apa yang akan terjadi jika orangtua terus-menerus menghilangkan harga diri anaknya. Kepercayaan diri anak tidak akan tumbuh jika sering dicemooh, apalagi oleh orang yang paling dekat dengannya. Orangtua harus yakin dan percaya bahwa anaknya bisa. Sebab, biasanya kata-kata orangtua sangat berpengaruh dan bisa berperan sebagai racun atau obat yang mujarab. Jadi, berhati-hatilah dengan kata-kata yang akan kita ucapkan sehingga mulailah memupuk pikiran yang positif dalam diri kita.
Sebagai contoh, waktu putra saya, Eric masih duduk di kelas V SD, beberapa teman memperingatkan saya bahwa jika anak sudah duduk di bangku SMP, maka orangtua harus mencarikan guru les pelajaran untuk mereka. Alasannya, kita sudah tidak bisa lagi mengajarkan pelajaran SMP sehingga anak yang pintar sekalipun juga banyak yang les.
Saya hanya mengangguk walaupun dalam hati bertanya-tanya, “Apa iya?” Kemudian, saya mencoba untuk melihat ke belakang. Dulu orangtua saya tidak pernah repot mengurusi saya belajar dan semuanya oke saja, tuh! Jadi kalau dulu saya bisa belajar sendiri, maka anak-anak juga harus bisa. Saya lebih suka jika anak memiliki kemampuan belajar sendiri dan bisa mencari solusi jika menemui masalah. Jadi, bagi saya, les pelajaran adalah pilihan terakhir jika seorang anak memang tidak mampu mengikuti pelajaran yang diberikan di sekolah.
Sejak hari itu, saya bertekad dan mulai fokus mengarahkan anak-anak agar bisa mengembangkan self-learning ability atau kemampuan belajar sendiri. Benar! Kedua anak saya tidak pernah ikut les pelajaran. Bahkan, sejak mereka duduk di kelas 1 SMP, saya sudah tidak perlu lagi membimbing dan mengarahkan mereka belajar.
3. Berani Gagal
Success is not final, failure is not fatal. It is the courage to continue that counts. ~ Winston Churchill
Sering kali kita memaksa anak belajar karena takut mereka mendapat nilai jelek. Sehingga, secara tidak langsung, yang kita tanamkan dalam diri anak adalah “Awas! Jangan pernah gagal, ya!” Padahal, kegagalan itu sangat berguna dan memang dibutuhkan sebagai cambuk untuk maju. Percayalah, kegagalan akan membuat anak kita menjadi lebih kuat dan tahan banting. Tentu saja, saya tidak bermaksud agar anak-anak dibiarkan sampai tidak naik kelas. Orangtua harus punya perhitungan yang matang. Kalau terus mendapat nilai jelek juga tidak benar.Sebagai contoh, ketika masih duduk di IV SD, putri saya, Lisa pernah mendapat nilai 2 untuk ulangan matematika. Walaupun gundah, saya tetap berusaha untuk tenang. Saat terpuruk, yang dibutuhkan anak adalah dukungan orangtuanya, bukan omelan yang terus-menerus. Kemudian, kami mengevaluasi apa yang menjadi akar masalah. Waktu itu, Lisa memang lemah di pelajaran Matematika. Jadi, saat nilai ulangan berikutnya naik menjadi 4, dengan senang hati saya langsung memuji usaha dan kemajuan yang telah dicapai. Ajaib! Setelahnya, Lisa tidak pernah lagi mendapatkan angka mati untuk ulangan Matematika. Paling rendah hanya 5 dan itupun hanya sesekali saja.
Menjadi orangtua zaman sekarang tidak bisa lagi dengan hanya memakai cara-cara lama yang kita dapatkan secara turun-temurun dari orangtua atau generasi diatas kita. Menjadi orangtua zaman sekarang jauh lebih sulit dan rumit. Kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi di satu sisi memang telah membuat hidup kita menjadi lebih nyaman dan praktis. Tetapi, dampak negatifnya juga tidak tanggung-tanggung. Misalnya, anak-anak sekarang lebih suka bermain game di depan komputer daripada membaca atau bercengkerama bersama keluarga. Sehingga, orangtua sekarang harus lebih kreatif dan terus mengasah otak agar peka terhadap perkembangan zaman. Jika hal ini kita lakukan, maka tugas sebagai orangtua pasti akan menjadi lebih mudah dan ringan.
Ketika anak ‘berkuasa’ atas dirinya sendiri, sadar bahwa dia boleh memiliki cita-cita setinggi langit, dan tidak menyerah di saat kegagalan datang menyapa, maka tugas orangtua sebagai mesin pendorong bagi anak akan jauh lebih mudah.
Ada beberapa teknik yang cukup berhasil saya terapkan kepada Eric dan Lisa (anak-anak saya) ketika mereka masih kecil, antara lain:
1. Bercerita
Saya sengaja mengajak mereka tidur lebih awal supaya punya waktu untuk mendongeng atau bercerita sekitar 5-10 menit bagi mereka. Setiap cerita selalu saya akhiri dengan pesan moral yang dapat dipetik. Tentu saja, lama-kelamaan saya kehabisan cerita sehingga saya mulai mengarang cerita sendiri. Biasanya cerita saya kait dengan kejadian sehari-hari. Misalnya, anak-anak kecil paling malas kalau disuruh belajar, bukan? Jadi, saya mulai bercerita tentang seorang Putri Raja yang malas belajar sehingga tidak disukai banyak orang. Biasanya Lisa langsung protes, “Mama nyindir aku, ya?” Trus langsung saya jawab, “Kog Lisa yang tersinggung? Memang hari ini Lisa malas belajar, ya? Ya udah, mama ganti cerita yang lain saja.” Tentu saja Lisa tidak mau jika cerita tersebut saya ganti karena dia pasti ingin tahu apa yang terjadi dengan Putri Raja tersebut di akhir cerita. Secara tidak langsung, bercerita bisa menumbuhkan rasa penasaran / rasa ingin tahu dalam diri anak. Setuju?
Kemudian, cerita saya teruskan… Karena malas, suatu hari Putri Raja tersebut kena batunya. Akhirnya, dia pun sadar dan mulai berubah menjadi rajin. “Jadi Lisa, dalam hidup ini, kita harus punya tujuan. Kalau malas, jelas tidak ada tujuannya karena tidak perlu berbuat apa-apa, hanya duduk atau tidur saja. Sedangkan, kalau mau rajin dan supaya sikap tersebut bisa bertahan lama, tanyalah kepada diri sendiri, rajin itu tujuannya apa sih? Dan, apa untungnya kalau saya rajin?”
Saat ini, karena anak-anak saya sudah besar tentu cerita di atas sudah lama saya tinggalkan dan saya ganti dengan cerita yang berasal buku-buku motivasi atau bacaan lain yang saya baca, dan dari hal-hal yang terjadi sehari-hari. Bagi saya, bercerita sangat membantu dalam menyampaikan sebuah pesan, apalagi pesan yang bisa meningkatkan motivasi anak. Anda akan takjub bagaimana anak-anak begitu mudah dan cepat mengerti serta menangkap pesan yang kita maksud. Dengan bercerita, anak-anak tidak akan merasa dikritik atau dikuliahi. Akibatnya, pesan yang disampaikan akan mudah meresap dan menetap dalam diri mereka.
2. Memuji
Saat Eric masih duduk di kelas TK-B, saya membaca sebuah buku karangan Martin E. P. Seligman, Ph.D. yang berjudul “The Optimistic Child”. Salah satu teknik yang sangat manjur yang sudah saya terapkan kepada anak-anak waktu itu adalah ‘Cara Memuji’. Sebelum itu, yang saya tahu adalah jika anak mendapat nilai bagus, maka pujian yang disampaikan adalah ‘Kamu Hebat, Nak’ atau ‘Kamu Pintar’. Juga, jika anak bersikap baik, maka pujian yang umum adalah ‘Kamu Anak yang Baik’. Ternyata, dari buku tersebut saya belajar bahwa pujian harus diberikan secara spesifik/khusus. Alasannya, jika anak kita dibilang pintar, padahal dia tahu kalau dia hanya pintar dalam beberapa pelajaran saja sedangkan dalam pelajaran lainnya nilainya hanya pas-pasan, maka dia akan menganggap orangtuanya tidak berkata jujur atau apa adanya.
Sebagai contoh, ketika anak mendapat nilai bagus untuk pelajaran matematika, maka katakanlah, “Kamu pintar dalam pelajaran Matematika, ya Nak.” Atau ketika anak bersikap sopan kepada tamu yang datang, maka katakan, “Mama senang sekali karena kamu tadi bersikap sopan kepada teman mama.” Ketika kita memuji kepandaian atau kebaikan anak secara spesifik, maka akan tumbuh rasa optimis dalam diri anak. Jika anak menjadi optimis, otomatis motivasi diri akan tertanam dengan mudah. Jadi, sebuah pujian yang spesifik akan menjadi obat mujarab untuk menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak.
3. Target
Satu hal yang selalu saya tanamkan kepada anak-anak adalah buatlah target (nilai) yang akan dicapai. Ketika anak-anak sadar akan target tersebut, maka orangtua pun akan mudah dalam membimbing atau mengarahkan mereka dalam membuat rencana belajar agar target bisa tercapai. Saya masih ingat, waktu masih anak-anak masih duduk di Sekolah Dasar, target minimum untuk nilai rata-rata rapor yang menjadi target Eric adalah 7.5, sedangkan Lisa adalah 6.5.
Dengan target dan rencana yang ada di tangan, biasanya hasil yang diraih selalu melebihi target. Bukan itu saja, prestasi belajar juga akan stabil karena anak-anak sudah terbiasa disiplin dan bekerja untuk mencapai target yang telah ditentukan sendiri. Seandainya, jika target tidak tercapai, orangtua tidak perlu marah. Mari bersama-sama dengan mereka, kita lakukan evaluasi. Apa yang membuat target tidak tercapai dan langkah-langkah apa yang akan diambil agar target untuk semester berikutnya bisa tercapai.
Sebenarnya, dari pengalaman saya bersama para orangtua yang datang atau telepon untuk berkonsultasi, cara-cara diatas bukanlah sesuatu yang susah untuk diterapkan. Masalahnya, banyak orangtua tidak cukup konsisten dan sering buyar (tidak fokus) karena berharap semuanya bisa dengan cara cepat/instan. Jadi, jika anda ingin berhasil menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak, hanya ada dua hal yang harus diingat: FOKUS dan KONSISTESI
Langganan:
Postingan (Atom)